Alkisah, hiduplah seorang gadis cantik yang
hidup di sebuah desa bersama ibunya yang seorang janda. Walaupun sangat cantik,
tapi tabiatnya begitu buruk. Kerjaannya hanya bersolek dan bermalas-malasan,
tak pernah sedikit pun mau membantu ibunya.
Tak hanya pemalas, gadis tersebut juga sangat
manja. Apa yang ia mau, semuanya harus tersedia. Dia tak mempedulikan ibunya
yang harus yang kerja banting tulang hanya demi menuruti keinginannya.
Pada suatu hari, mereka berdua pergi ke
pasar. Para pemuda desa yang melihat gadis cantik itu terpesona akan
kecantikannya. Sungguh pemandangan yang kontras sekali ketika melihat ibunya
yang berjalan di belakang si gadis.
Kemudian, mendekatlah seorang pemuda dan
bertanya kepadanya apakah wanita yang di belakangnya itu ibunya. Karena malu,
gadis itu menjawab bahwa wanita tersebut bukan ibunya, melainkan pembantunya.
Sang ibu yang mendengar hal tersebut hanya bisa diam.
Tak hanya mengakui kalau sang ibu hanyalah
seorang pembantu, sepanjang perjalanan pun ia diperlakukan sama seperti budak.
Mungkin kalau sekali atau dua kali sang ibu bisa memahami, akan tetapi banyak
orang yang bertanya kepada gadis itu dan jawabannya masih sama. Tentu saja hal
itu membuat sang ibu sakit hati.
Tak dapat menahan diri, ibu tersebut berdoa.
Ia memohon kepda Tuhan untuk menghukum anaknya yang durhaka itu. Doa sang ibu
pun dikabulkan.
Tak lama setelah itu, badan gadis cantik
tersebut perlahan-lahan menjadi mengeras menjadi batu. Dengan sangat menyesal
gadis itu menangis dan memohon ampun. Namun sayang semuanya sudah terlanjur,
permohonan maaf tersebut sudah tidak berguna dan ia tetap menjadi batu.
0 comments:
Post a Comment