Tuesday, December 10, 2019

Antropologi Budaya



Antropologi Budaya adalah cabang antropologi umum yang berupaya mempelajari kebudayaan pada umumnya dan beragam kebudayaan dari berbagai bangsa di seluruh dunia. Ilmu ini mengkaji bagaimana manusia mampu berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya dari masa ke masa. Fokus yang dipelajari oleh ilmu ini adalah cara hidup manusia dalam memelihara dan mengubah lingkungannya. Cara hidup ini diperoleh manusia melalui proses belajar (sosialisasi) dan pengalaman hidup.
Fokus pada kebudayaan manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Dibagi menjadi 3: arkeologi, antropologi linguistik, dan etnologi (1999:12).
Jika dalam antropologi fisik banyak berhubungan dengan ilmu-ilmu biologi lainnya, maka dalam antropologi budaya banyak berhubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi. Hal ini bisa dipahami karena dua-duanya berusaha menggambarkan tentang perilaku manusia dalam konteks sosialnya.
a. Antropologi Linguistik
Manusia diberi kelebihan dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya dalam menciptakan simbol-simbol yang terangkum dalam istilah bahasa. Bahasa sangat penting sebagai media berkomunikasi sehingga interaksi antarindividu atau antarkelompok akan menjadi lebih efektif. Selain kemampuan menciptakan bahasa, manusia pun masih memiliki insting dalam berkomunikasi seperti halnya yang dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.
Hanya bedanya, makhluk hidup selain manusia tidak mampu menciptakan bahasa seperti manusia. Bahasa merupakan lambang kepintaran yang dimiliki manusia yang diperolehnya melalui proses belajar. Oleh karena itu, bahasa merupakan ciri dari kehidupan manusia atau bahasa merupakan ciri dari kebudayaan manusia.
Bahasa yang diciptakan sekaligus dipelajari oleh manusia pada akhirnya akan berfungsi mengikat bagi manusia itu sendiri dalam menggunakannya. Dalam hal ini, bahasa menjadi salah satu unsur kebudayaan yang memiliki kaidah-kaidahnya sendiri yang berada “di luar” individu yang menggunakannya. Sebagai contoh, jika Anda menemui ada individu sebagai anggota masyarakat di mana Anda berada menggunakan bahasa dengan kaidah-kaidah di luar ketentuan yang berlaku maka pesan yang ingin disampaikannya tidak akan diterima/dimengerti oleh orang lain begitu pula oleh Anda sendiri.
Bahasa merupakan kesepakatan bersama seluruh anggota masyarakat yang menggunakannya. Bahasa sebagai simbol untuk berkomunikasi saat ini telah berkembang sangat kompleks, walaupun mungkin masih ada beberapa suku bangsa yang hidup terpencil masih menggunakan bahasa yang relatif sederhana, baik dalam jumlah kata-kata atau pun tata bahasanya.

Bahasa memiliki fungsi sebagai media transmisi (sosialisasi) unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Karena fungsinya  itu, bahasa menjadi salah satu unsur penting untuk dipelajari oleh antropologi. Salah satu cabang ilmu antropologi budaya yang secara spesifik mengkaji masalah bahasa ini adalah antropologi linguistik (linguisticanthropology) atau etnolinguistik.



b. Etnologi dan Antropologi Sosial
Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas-asas manusia melalui kajiannya terhadap sejumlah kebudayaan suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia. Seperti Anda lihat pada bagan 2 di atas, ilmu ini dibedakan menjadi 2 bagian atas dasar perbedaan fokus kajiannya. Pertama, ilmu yang lebih memfokuskan diri pada kajian bidang diakronik (kajian dalam rentang waktu yang berurutan), yang tetap menggunakan nama etnologi. Kedua, ilmu yang lebih menekankan perhatiannya pada bidang sinkronik (kajian dalam waktu yang bersamaan), yang lebih akrab dengan sebutan antropologi sosial.
Di antara ahli antropologi yang mengembangkan teori-teori antropologi sinkronik adalah A.R. Radcliffe-Brown. Ia adalah seorang ahli antropologi Inggris yang mencoba mencari asas-asas kebudayaan dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan masyarakat. Menurutnya, para ahli antropologi harus berbuat lebih dari yang dilakukan oleh para ahli pada fase kedua, yaitu yang hanya puas dengan mempelajari kebudayaan hanya untuk mengetahui sejarah dan persebaran kebudayaan-kebudayaan di muka bumi ini.

c. Etnopsikologi
Subbidang antropologi yang berkembang sekitar awal abad ke 19 (tahun 1920-an) adalah etnopsikologi atau antropologi psikologi, yaitu sebuah kajian antropologi yang menggunakan konsep-konsep psikologi dalam proses analisanya. Kajian ini berkembang di Amerika dan Inggris manakala ada kebutuhan untuk mengetahui: (1) kepribadian bangsa, (2) peranan individu dalam proses perubahan adat-istiadat, dan (3) nilai universal dari konsep-konsep psikologi. Kebutuhan pertama muncul ketika hubungan antarbangsa mulai diperhatikan demi kepentingan hubungan internasional terutama sejak Perang Dunia I.
Sebetulnya beberapa kajian tentang kepribadian suatu suku bangsa pernah dilakukan oleh beberapa ahli terutama terkait dengan kepentingan untuk mengetahui kepribadian penduduk di daerah jajahan, tetapi konsep-konsep  dan istilah-istilah yang digunakan tergolong masih kasar dan kurang cermat. Baru sekitar tahun 1920-an, para ahli antropologi mempelajari masalah kepribadian suatu suku bangsa dengan lebih cermat dan teliti dengan menggunakan konsep-konsep dan teori-teori psikologi.
Dengan demikian, mereka dapat mendeskripsikan kepribadian suatu suku bangsa dengan lebih objektif dan teliti untuk menemukan kepribadian umum warga suatu bangsa atau suatu suku bangsa. Pada tahun-tahun tersebut di Amerika Serikat juga dimulai suatu kajian antropologi yang memfokuskan diri pada peranan individu dalam proses perubahan adat-istiadat.
Dalam kajian antropologi sebelumnya, pada umumnya keberadaan individu yang berperilaku menyimpang tidak mendapat perhatian, karena perhatian para ahli lebih terfokus pada pola-pola kehidupan yang telah mapan. Baru disadari kemudian bahwa gejala perilaku individu yang menyimpang dapat dipahami dalam kaitannya dengan perubahan sosial-budaya dari kebudayaan suatu bangsa atau suatu suku bangsa. Atas dasar kajiannya terhadap gejala kepribadian suatu suku bangsa ini, para ahli antropologi juga dapat mengkritisi beberapa teori psikologi yang dihasilkan atas dasar suatu penelitian pada masyarakat Eropa. Atas kajiannya terhadap masyarakat di luar Eropa, beberapa teori psikologi yang ada saat itu ternyata belum tentu dapat diterapkan atau berlaku secara universal. Oleh karena itu, masih perlu kehati-hatian dalam menerapkannya untuk mengkaji masalah kepribadian umum pada masyarakat di luar Eropa.

0 comments:

Post a Comment

Blogroll

loading...
 

Catatanku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang