a.
Berorientasi pada kebutuhan anak
Pada dasarnya setiap
anak memiliki kebutuhan dasar yang sama, seperti kebutuhan fisik, rasa
aman, dihargai, tidak dibeda-bedakan, bersosialisasi, dan kebutuhan untuk
diakui. Anak tidak bisa belajar dengan baik apabila dia lapar, merasa tidak
aman/takut, lingkungan tidak sehat, tidak dihargai, atau diacuhkan oleh
pendidik atau temannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pendidikan anak usia
dini guru harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan tidak membedakan
anak satu dengan lainnya.
- Sesuai dengan
perkembangan anak
Anak usia dini memiliki
karakteristisk khusus disemua area perkembangannya. Di aspek fisik, anak telah
memiliki kekuatan otot dan koordinasi visual motorik yang semakin matang, di
aspek bahasa, anak telah memiliki kosa kata yang cukup sehingga mampu membangun
komunikasi dengan orang lain. Secara kognitif, anak telah mampu melakukan
hubungan logika sebab akibat dan pemecahan masalah, sedangkan sosial emosional,
anak telah mempunyai kemampuan untuk mengelola perasaannnya sehingga
memungkinkan untuk menjalin interaksi dengan teman dan orang dewasa. Secara
moral dan agama anak mulai dapat membedakan hal – hal yang baik dan buruk. Oleh
karena itu guru harus memahami tahap perkembangan anak dan menyusun kegiatan
yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak untuk mendukung pencapaian tahap
perkembangan yang lebih tinggi.
- Sesuai dengan keunikan
setiap individu
Anak merupakan individu yang
unik, masing – amsing mempunyai gaya belajar yang berbeda. Ada anak yang lebih
mudah belajarnya dengan mendengarkan (auditori), ada anak yang lebih mudah
belajarnya dengan melihat (visual) dan ada anak yang harus belajar dengan
bergerak ( kinestetik ). Anak juga memiliki minat yang berbeda – beda terhadap
alat/bahan yang dipelajari /digunakan, juga mempunyai bahasa yang berbeda,
bakat yang berbeda, cara merespon lingkungan, serta kebiasaan yang berbeda.
Guru seharusnya mempertimbangkan perbedaan individual anak, dan mengakui
perbedaan tersebut sebagai kelebihan masing – masing anak. Untuk mendukung hal
tersebut sebagai kelebihan masing – masing anak. Untuk mendukung hal tersebut
guru harus menggunakan cara yang beragam dalam membangun pengalaman anak,
menyediakan kesempatan bagi anak untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan
kekuatannya, serta menyediakan ragam main yang cukup.
- Kegiatan belajar
dilakukan melalui bermain
Pembelajaran dilakukan dengan
cara yang menyenangkan , sehingga tidak boleh terjadi pemaksaan atau
penekanan. Selama bermain anak mendapatkan pengalaman untuk mengembangkan
aspek – aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa dan sosial
emosional. Pembiasaan dan pembentukan karakter yang baik serta tanggung jawab,
kemandirian , sopan santun, dan lainnya ditanamkan melalui kegiatan yang
menyenangkan.
- Pembelajaran berpusat
pada anak.
Pembelajaran di PAUD
hendaknya menempatkan anak sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu guru
harus memberi kesempatan kepada anak – anak untuk menenrukan pilihan,
mengemukakan pendapat, dan aktif melakukan atau mengalami sendiri untuk
membangun pengetahuannya sendiri. Guru bertindak sebagai fasilitator saja,
bukan yang menentukan segala sesuatu yang akan dikerjakan anak.
- Anak sebagai pembelajar
yang aktif
Anak bukanlah sebuah wadah
yang kosong yang perlu diisi guru dengan berbagai pengetahuan, tetapi anak
merupakan subjek/ pelaku kegiatan dan guru merupakan fasilitator
(membantu dan mengarahkan sesuai dengan kebutuhan masing – masing anak). Anak
mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mempunyai banyak ide dan tidak bisa
berdiam dalam jangka waktu lama. Ijinkanlah anak untuk membangun pengetahuannya
sendiri melalui pengalaman dengan beraneka bahan dan kegiatan. Oleh karena itu
guru harus menyediakan berbagai bahan dan alat serta memberi kesempatan anak
untuk memainkannya dengan berbagai cara, dan memberikan waktu yang cukup
kepada anak untuk mengenal lingkungannya dengan caranya sendiri. Guru
juga harus memahami dan tidak memaksakan anak untuk duduk diam tanpa aktifitas
yang dilakukannya dalam waktu yang lama.
- Anak belajar dari
konkrit keabstrak, dari sederhana ke yang kompleks, dari gerakan ke
verbal, dan dari sendiri ke sosial
1)
Anak belajar mulai dari hal – hal yang paling konkret yang
dapat dirasakan oleh inderanya (dilihat, diraba, dicium, dicecap, didengar) ke
hal – hal yang bersifat abstrak/ imajinasi.
2)
Anak belajar dari konsep yang paling sederhana ke konsep
yang rumit, misalnya mula – mula anak memahami apel sebagai buah kesukaannya,
kemudian anak memahami apel sebagai buah yang berguna untuk kesehatannya.
3)
Kemampuan komunikasi anak dimulai dengan menggunakan bahasa
tubuh lalu berkembang menggunakan bahasa lisan. Guru harus memahami bahasa
tubuh anak dan membantu mengembangkan kemampuan bahasa anak melalui kegiatan
bermain
4)
Anak memahami lingkungannya dimulai dari hal – hal yang
terkait dengan dirinya sendiri, kemudian ke lingkungan dan orang – orang yang
paling dekat dengan dirinya, sampai kepada lingkungan yang lebih luas. Dengan
demikian guru harus menyediakan alat – alat main dari yang paling konkrit
sampai alat main yang bisa digunakan sebagai pengganti benda yang sesungguhnya.
- Menyediakan lingkungan
yang mendukung proses belajar
Lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat
bagi anak. Lingkungan pembelajaran berupa lingkungan fisik dan non fisik.
Lingkungan fisik berupa penataan ruangan, penataan alat main, benda – benda
yang ada disekitar anak, dan lingkungan non fisik berupa kebiasaan orang –
orang sekitar, suasana belajar, dan interaksi guru dan anak yang berkualitas,
karena itu guru perlu menata lingkungan yang menarik, menciptakan suasana
hubungan yang menarik, menciptakan suasana hubunngan yang hangat dengan anak.
- Merangsang munculnya
kreativitas dan inovasi
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreativitas yang
sangat tinggi, karena itu berikan anak kesempatan untuk menggunakan bahan
dengan berbagai jenis tekstur ,bentuk dan ukuran dalam kegiatan permainannya,
dan kesempatan untuk belajar tentang berbagai sifat dan bahan – bahan, cara
memainkan, bereksplorasi dan menemukan. Guru perlu menghargai setiap kreasi
anak apapun bentuknya sebagai wujud karya kreatif mereka. Dengan kreativitas,
nantinya anak akan memiliki pribadi yang kreatif sehingga mereka dapat
memecahkan masalah/persoalan kehidupan dengan cara – cara yang kreatif.
- Mengembangkan kecakapan
hidup anak
Kecakapan hidup merupakan suatu ketrampilan dasar yang perlu
dimiliki anak melalui pengembangan karakter, yang berguna bagi kehidupannya
kelak. Karakter yang baik dapat dikembangkan dan dipupuk sehingga menjadi modal
masa depan anak. Kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak menajdi mandiri,
tekun, bekerja keras, disiplin dan jujur, percaya diri, menghargai kerjasama
dan mampu membangun hubungan dengan orang lain
- Menggunakan berbagai
sumber dan media belajar
Sumber dan media belajar anak usia dini tidak terbatas pada
alat dan media hasil pabrikan, tetapi dapat menggunakan berbagai bahan dan alat
yang tersedia di lingkungan belajar sepanjang tidak membahayakan anak.
Air, tanah, pasir, batu – batuan, kerang, botol bekas, karton bekas, baju
bekas, sepatu bekas dan masih banyak lagi benda lainnya yang dapat dijadikan
sebagai media belajar. Dengan menggunakan bahan dan benda yang ada disekitar
anak, maka kepedulian anak terhadap lingkungan terasah untuk ikut serta menjaga
dan melestarikan lingkungan alam sekitarnya. Sumber belajar juga tidak terbatas
pada guru tetapi orang – orang lain yang ada disekitarnya. Misalnya anak
belajar pada petani, polisi, tukang pos, penjual, satpam, dan lainnya
dengan cara mengunjungi tempat kerja mereka atau mendatangkan mereka ke sekolah
PAUD / Taman Kanak – Kanak, untuk menjadi sumber belajar/ pengetahuan
atau inspirasi.
- Anak belajar sesuai
dengan kondisi sosial budayanya
PAUD merupakan wahana untuk tumbuh kembang anak sesuai
dengan potensi dengan berdasarkan sosial budaya yang berlaku di lingkungannya.
Pendidik seharusnya mengenalkan budaya daerah seperti kesenian, bahasa, adat –
istiadat, permainan tradisional, alat musik dan sebagainya untuk menjadi bagian
dari pembelajaran baik secara rutin, mapun pada saat – saat tertentu.
- Melibatkan peran serta
orang tua
Keberhasilan PAUD tidak bisa tercapai secara optimal tanpa
keterlibatan orang tua. Guru sebagai pendidik kedua harus menjalin kerjasama
atau hubungan dengan orang tua untuk mendapatkan informasi tentang anak agar
dapat menumbuh kembangkan semua potensi anak secara optimal. Orang tua harus
dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan di sekolah,
sehingga diharapkan dapat menjamin terjadinya keberlangsungan dan kesinambungan
program antara apa yang dilakukan guru di sekolah dengan orang tua di rumah.
- Stimulasi pendidikan
bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan
Setiap anak melakukan sesuatu, sesungguhnya ia sedang
mengembangkan berbagai aspek perkembangan/ kecerdasannya. Sebagai contoh saat
anak makan, ia mengembangkan kemampuan bahasa (kosa kata tentang bahan makanan,
jenis makanan), mengembangkan gerakan motorik halus (memegang sendok, membawa
makanan ke mulut), kemampuan kognitif, membedakan macam – macam rasa, membedakan
jumlah makanan banyak-sedikit, kemampuan sosial emosi ( duduk dengan sopan,
saling berbagi), aspek moral agama (berdoa sebelum dan sesudah makan). Program
pembelajaran dan kegiatan anak yang dikembangkan guru seharusnya ditujukan
untuk mencapai kematangan semua aspek perkembangan.
0 comments:
Post a Comment