Kartu bilangan
adalah kartu yang memuat satuan matematika yang akrab dan dapat diunitkan,
ditambah, atau dikalikan. (KBBI,
2001:510)
Jadi pengertian
bermain kartu bilangan adalah melakukan suatu pekerjaan yang menyenangkan
dengan menggunakan kartu yang memuat satuan matematika yang akrab dan dapat
diunitkan, ditambah, atau dikalikan. Hal ini
dapat merangsang rasa keingintahuan anak agar anak dapat belajar sambil
bermain dengan menggunakan kartu bilangan.
Dalam
bermain kartu bilangan hendaknya dibimbing oleh
pengajar yang notabene adalah orang-orang yang telah mendapat pendidikan
anak usia dini, sedangkan dalam pendidikan non formal, pengajarnya bukanlah
selalu orang yang berlatar pendidikan guru. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
lebih banyak difokuskan pada bidang dasar (basic), yaitu membaca, menulis, dan
berhitung yang dikenal dengan “Three Rs” (Tiga R), yaitu Reading, Writing,
dan Aritmathic. Istilah “Back to Basic” yang sering didengar
tidak lain merupakan istilah “Tiga R” tersebut, yang artinya mengembalikan
fokus pembelajaran di Taman Kanak-kanak atau Sekolah Dasar kelas awal kearah
kegiatan membaca, menulis, dan berhitung. Di Indonesia “Tiga R” dikenal dengan
istilah “calistung”, yaitu membaca, menulis, dan berhitung. Kegiatan
pembelajaran di Taman Kanak-kanak tidak sekedar untuk mengembangkan “Tiga R”,
tetapi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, terutama aspek
kognitif. Di samping itu matematika juga berfungsi untuk mengembangkan
kecerdasan anak, khususnya kecerdasan yang oleh Gardner (Hidayat, 2003:55) disebut Logico-mathematics.
Kecerdasan Logico-mathematics menyangkut kemampuan seseorang menggunakan
bilangan, operasi bilangan dan silogisme. Matematika atau berhitung merupakan
hal yang akrab dalam kehidupan manusia. Setiap hari, bahkan setiap menit orang
menggunakan matematika. Belanja, menghitung benda, waktu, tempat, jarak, dan
kecepatan merupakan fungsi matematis.
Memahami
grafik, tabel, berat, dan volume juga merupakan fungsi matematika. Dengan kata
lain matematika sangat penting bagi kehidupan kita. Pada proses perkembangan
pada anak usia dini, pada mulanya anak tidak tahu bilangan, angka dan operasi
bilangan matematis. Secara bertahap sesuai perkembangan mentalnya anak belajar
membilang, mengenal angka dan berhitung. Anak belajar menghubungkan objek nyata
dengan simbol-simbol matematika. Sebagai contoh, sebuah jeruk diberi simbol
angka “1” dan dua buah jeruk diberi simbol dengan angka “2”. Demikian pula
simbol “+” yang berarti dijumlah dan simbol “-“ yang berarti dikurangi.
0 comments:
Post a Comment