Tuesday, February 18, 2020

Jenis Motorik



Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya (Sunardi dan Sunaryo, 2007: 113-114). Perkembangan motorik kasar anak lebih dulu dari pada motorik halus, misalnya anak akan lebih dulu memegang benda-benda yang ukuran besar dari pada ukuran yang kecil.
Karena anak belum mampu mengontrol gerakan jari-jari tangannya untuk kemampuan motorik halusnya, seperti meronce, menggunting dan lain-lain. Sujiono (2007: 13) berpendapat bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh anak.
Menurut Sukamti (2007: 72) bahwa aktivitas yang menggunakan otot-otot besar di antaranya gerakan keterampilan non lokomotor, gerakan lokomotor, dan gerakan manipulatif. Gerakan non lokomotor adalah aktivitas gerak tanpa memindahkan tubuh ke tempat lain. Contoh, mendorong, melipat, menarik dan membungkuk. Gerakan lokomotor adalah aktivitas gerak yang memindahkan tubuh satu ke tempat lain. Contohnya, berlari, melompat, jalan dan sebagainya, sedangkan gerakan yang manipulatif adalah aktivitas gerak manipulasi benda. Contohnya, melempar, menggiring, menangkap, dan menendang.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Kedua jenis perkembangan motorik anak tersebut akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya sampai dewasa kelak. Karena kedua jenis motorik tersebut akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap perkembangan anak sebagai individu yang menjalankan berbagai aktifitasnya sehari-hari.

Monday, February 17, 2020

Faktor yang Mempengaruhi Laju Perkembangan Motorik



Pencapaian suatu keterampilan dianggap dipengaruhi oleh banyak faktor. Diikuti beberapa variasi yang mempengaruhi pola perkembangan motorik anak. menurut Depdiknas (2008: 6) perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan motorik yang sesuai dengan masa perkembangannya. Lebih lamjut dikatakan bahwa tahapan perkembangan motorik anak pra sekolah yaitu tahap verbal kognitif, tahap asosiatif, dan tahap otomatisasi.
Menurut Mahendra (1998) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan motorik anak yaitu (1) faktor proses belajar, (2) faktor pribadi dan (3) faktor situasional (lingkungan). Ketiga faktor inilah yang diyakini telah menjadi penentu utama dari tercapainya tidaknya keterampilan yang dipelajari.
Adapun definisi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembagan motorik juga dikemukakan oleh Rahmatia (2008: 18) yang menyatakan bahwa perkembangan fisik anak dipengaruhi oleh faktor keturunan dalam keluarga, jenis kelamin, gizi, kesehatan, status sosial, ekonomi, dan gangguan emosional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tubuh secara langsung akan menentukan keterampilan gerak anak, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi cara anak dalam memandang dirinya sendiri dan memandang orang lain.
Menurut Sujiono (2009: 28) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan keterampilan gerak yaitu faktor tampilan dan faktor lingkungan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor tampilan paling sering berpengaruh pada keterampilan gerak tertentu, faktor tampilan dapat berupa ukuran tubuh, pertumbuhan fisik, kekuatan, danberat tubuh serta sistem syaraf.
Hurlock (1996:25) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju perkembangan motorik yaitu faktor keturunan, kehamilan dan kelahiran, kondisi anak, dan motivasi.
1) Faktor keturunan
Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik. Anak yang memiliki IQ tinggi menunjukkan perkembangan motorik yang lebih cepat daripada anak yang memiliki IQ normal atau di bawah normal.
2) Kehamilan dan kelahiran
Kondisi status gizi ibu dan lingkungan yang baik saat ibu hamil mendorong perkembangan janin yang baik sehingga perkembangan motorik anak juga akan baik. Kelahiran yang sukar terlebih lagi kelahiran yang mengakibatkan trauma kepala akibat jalan lahir pada umumnya menghambat perkembangan motorik. Anak dengan riwayat lahir prematur juga memiliki perkembangan motorik yang lebih lambat daripada anak yang lahir normal.
3) Kondisi anak
Status gizi anak yang baik pada dasarnya akan mempercepat perkembangan motorik anak. Keadaan cacat fisik yang terdapat pada anak, seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan motorik.
4) Motivasi
Adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik. Perlindungan orangtua yang berlebihan akan menghambat berkembangnya kemampuan motorik. Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan.
Hurlock (1956, dalam Yusuf, 2005:46) menyatakan ada beberapa alasan penting tentang fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan anak, yaitu:
1)   Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Misalnya anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar, dan memainkan alat-alat mainan.
2)   Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya (helplessness) pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang bebas atau tidak bergantung (indenpendence). Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan dapat menunjang perkembangan rasa percaya diri (self confidence).
3)   Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4)   Melalui perkembangan motorik yang normal, anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucil.
5)   Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self consept atau kepribadian anak.

Pengertian Motorik



Motorik adalah sesuatu yang berkenaan dengan penggerak (Poerwadarminta, 2003: 538). Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak. Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak. Fisik atau tubuh manusia merupakan organ yang kompleks dan sangat mengagumkan terbentuk pada periode prenatal/dalam kandungan (Gesell, dalam Santrock, 2007: 58).
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Misalnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Selain itu teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru. Kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor diantaranya yaitu perkembangan sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Hal ini akan terlihat ketika misalnya anak akan mulai berjalan. Jika sistem syarafnya sudah matang, proposi kakinya cukup kuat menopang anak itu sendiri sekaligus ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Usia emas dalam perkembangan motorik adalah masa anak-anak, yang mana terjadi dalam usia anak dan terbagi dalam 3 tahapan yaitu usia 0 sampai 3 tahun, usia 3 sampai 6 tahun, dan usia 6 sampai 11 tahun. Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit seperti usia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maskimal dari pada usia sebelumnya.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak, karena motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot dan otak. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996: 54) sebagai berikut:
1)   Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2)   Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3)   Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4)   Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang terpinggirkan
5)   Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang menyetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot semakin matang memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.

Karakteristik Anak Usia Dini



Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak (Sujiono, 2009: 6).
Anak usia dini atau anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya) (Yusuf, 2005: 162).
Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Di samping memiliki kesamaan, anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
Pada saat memasuki usia 3 tahun, biasanya seorang anak akan semakin mandiri dan mulai mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya. Pada tahapan usia anak mulai menyadari tentang apa yang dirasakan dan apa yang telah mampu dilakukan dan yang belum mampu dilakukan. Selain itu, pola kegiatan bermainnya pun telah berubah karena anak mulai memasuki tahapan bermain paralel di mana seorang anak bermain dengan anak lain tanpa interaksi dan tidak mau memberikan mainannya ketika ada yang ingin meminjam atau sebaliknya menolak mengembalikan mainan yang dipinjamnya. Hal ini berdampak pada kegiatan bermain mereka yang seringkali diwarnai dengan konflik atau pertikaian yang biasanya hanya bersifat sementara saja (Sujiono dan Sujiono, 2010: 23).
         Pada hakikatnya anak usia dini selalu termotivasi untuk bermain. Artinya bermain secara alamiah memberi kepuasan pada anak. Melalui bermain bersama dalam kelompok atau sendiri tanpa orang lain, anak mengalami kesenangan yang lalu memberikan kepuasan baginya (Montolalu, 2009: 2).
         Menurut Montessori (dalam Putra dan Dwilestari, 2012: 35) mengemukakan bahwa “Anak usia dini menyerap ilmu pengetahuan secara langsung ke dalam alam psikisnya. Semata-mata dengan melanjutkan hidup, anak belajar menuturkan bahasa ibu/aslinya dan menciptakan otot mentalnya sendiri menggunakan semua hal yang dijumpainya disekelilingnya untuk tujuan itu.”
Menurut Coughlin (dalam Sujiono dan Sujiono, 2010: 24) ciri-ciri umum anak dalam rentang usia 3-6 tahun, diantaranya:
1)     Anak-anak pada usia tersebut menunjukkan perilaku yang bersemangat, menawan, dan sekaligus tampak kasar pada saat-saat tertentu.
2)    Anak mulai berusaha untuk memahami dunia di sekeliling mereka walaupun mereka masih sulit untuk membedakan antara khayalan dan kenyataan.
3)    Pada suatu situasi tertentu anak tampak sangat menawan dan dapat bekerja sama dengan teman dan orang lain tetapi pada saat yang lain mereka menjadi anak yang pengatur dan penuntut.
4)    Anak mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dengan cepat, mereka seringkali terlihat berbicara sendiri dengan suara keras ketika mereka memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu kegiatan, serta
5)    Secara fisik, anak memiliki tenaga yang besar tetapi rentang konsentrasinya pendek sehingga cenderung berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain.
Karakteristik anak usia dini berdasarkan ilmu jiwa modern menurut Kartono (1990: 109) adalah :
1)    Bersifat egosentif-naif mementingkan diri sendiri, sebab secara naif dia sangat terkait pada dirinya sendiri sebagai dari awal perkembangan kehidupan jiwanya. Anak berpendapat bahwa pribadi jiwanya adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya.
2)    Mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif. Anak berkeyakinan bahwa orang lain itu menghayati dan merasakan setiap peristiwa seperti penghayatan sendiri (anak membangun dunianya sesuai dengan khayalan dan keinginannya), kehidupan individual dan sosial masih belum terpisahkan oleh anak.
3)    Ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas. Dunia lahiriah dan batiniah anak masih belum terpisahkan, oleh karena itu pribadi anak tampak polos, yang tampak polos dengan perilakunya.
4)    Sikap hidup yang fisiognomis, anak secara langsung memberikan sifat lahiriah (sifat konkrit, nyata, seperti sifatnya benda-benda) pada setiap penghayatannya.
Jadi anak usia dini merupakan masa dimana anak sedang berada pada fase perkembangan yang perlu mendapatkan bimbingan dan pengarahan yang tepat sehingga potensi yang dimilikinya akan berkembang dengan baik.

Thursday, February 6, 2020

Pengembangan Organisasi


            Hal-hal yang telah dibahas dari bagian terdahulu dari makalah ini dimaksudkan untuk menunjukkan betapa pentingnya menerapkan prinsip-prinsip “MBO” dalam organisasi modern agar organisasi melalui penggunaan dan penerapan orang dalam organisasi semakin mampu untuk melakukan kegiatannya dengan lebih efisien, efektif ekonomis, produktif, cepat dan cermat.
            Artinya betapapun pentingnya peranan orang yang akhirnya harus terlihat akibat penerapan “MBO” adalah ketangguhan organisasi bukan saja mempertahankan eksistensinya, akan tetapi yang lebih penting lagi meningkatkan potensinya di masa depan yang akan lebih menjamin kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan.
            Jelasnya usaha penerapan “MBO” adalah sebagian dari pada usaha institution building. Karenanya pengembangan organisasi menjadi sangat penting dalam usaha organisasi, pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu mendapat perhatian :
1.     Apakah struktur organisasi sudah tepat dalam arti dapat menampung semua tugas dan fungsi yang harus dilakukan secara melembaga ?
2.     Apakah organisasi telah memperhitungkan secara tepat penggunaan manusia dalam organisasi ?
3.     Bagaimana tentang pembagian tugas : Apakah sudah jelas dan dimengerti oleh semua anggota organisasi ?
4.     Apakah wewenang dan tanggung jawab telah terbagi dengan tepat serta dipahami dan diterima oleh orang-orang di dalam organisasi ?
5.     Apakah dieliminasi tugas pokok dan tugas penunjang telah dibuat ?
6.     Sampai sejauh mana garis komando dipahami dan diikuti oleh para pelaksana tugas pokok organisasi ?
7.     Apakah hierarki pengawasan telah ditaati ?
8.     Apakah organisasi disusun sedemikian rupa sehingga mudah melakukan perubahan apabila dituntut oleh perkembangan  keadaan di kemudian hari ?
9.     Apakah pelaksanaan tugas-tugas penting tetapi tidak perlu diperhitungkan ?
10.  Apakah sudah ada wahana untuk mencegah usaha empire building oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi ?
           
             












Tinjauan Prestasi dan Potensi Manajer


            Agar “MBO” berfungsi sebagaimana mestinya, suatu hal yang perlu pula dilaksanakan adalah tinjauan secara berkala tentang prestasi para manajer untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya sekarang untuk dikaitkan dengan potensinya untuk berkembang untuk menjadi pimpinan yang lebih tinggi di masa depan.
            Untuk melakukan tinjauan tersebut seorang pejabat pimpinan atasan menganalisa sampai sejauh mana hasil-hasil penting dicapai oleh seorang manajer bawahan dan sampai sejauh mana rencana perbaikan yang harus dilaksanakannya sudah menjadi kenyataan.
            Meskipun secara teoritis setiap atasan melakukan tinjauan tersebut secara terus menerus sebagai bagian integral dari kegiatan manejerialnya, tinjauan secara formal perlu pula dilakukan. Tinjauan demikian harus bersifat edukatif dan membina dus bersifat positif, bukan untuk mencari kesalahan dan funitif, dus bukan bersifat negatif.
            Malahan alangkah baiknya tinjauan dilakukan atas permintaan dan prakarsa dari manajer yang prestasinya ditinjau.
Tinjauan Potensi
            Atas dasar hasil tinjuan atas prestasi yang telah  diadakan tinjauan mengenai potensi seorang manajer. Empat pertanyaan yang harus terjawab adalah :
1.     Apakah manajer yang ditinjau potensinya sudah matang untuk dipromosikan ?
2.     Apakah terdapat petunjuk kuat bahwa kepadanya perlu diberikan kesempatan yang dipercepat ?
3.     Bimbingan dan pelatihan apa yang masih diperlukan olehnya agar siap untuk promosi ?
4.     Apakah ia akan lebih berhasil apabila ia dialihtugaskan ke bidang yang lain ?
Kiranya jelas bahwa agar tinjauan itu benar-benar mencapai sasarannya, di samping prestasi yang telah ditunjukkannya, tinjauan potensi ini perlu mempertimbangkan banyak faktor agar subjektivitas dapat dibatasi seminimum  mungkin bahkan apabila mungkin dihilangkan sama sekali.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
1.     Perkiraan keadaan masa depan yang akan berpengaruh terhadap organisasi,
2.     Relevansi dari pada keadaaan demikian dengan rencana strategi organisasi yang apabila perlu ditinjau kembali,
3.     Perencanaan tenaga kerja secara menyeluruh termasuk tenaga kerja manajerialnya
4.     Perkembangan teknologi
5.     Jenis dan komposisi stakeholders yang akan dihadapi di masa depan
6.     Manajerial skill dan knowhow yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas di masa depan,
7.     Potensi berkembang dari berbagai tipe manajer yang terdapat di dalam organisasi
Agar tinjauan potensi ini benar-benar mencapai sasaran sangat penting pula untuk menegaskan promotional and succesion policies dari pimpinan organisasi. Hal ini penting agar setiap orang di dalam organisasi mengetahui tangga-tangga karir apa yang dapat dilaluinya sepanjang ia mampu membuktikan kemampuan kerjanya.
Di dalam pelaksanaannya, tinjauan tersebut dilakukan atas dasar asas-asas sebagai berikut :
1.     Yang ditinjau adalah hasil karya seseorang, bukan orangnya an sich,
2.     Pusat perhatian hendaknya ditujukan untuk cara – cara perbaikan yang dapat ditempuh : dus, berorientasi ke masa depan bukan masa lalu
3.     Mengusahakan partisipasi dari manajer yang bersangkutan bahkan usahakan agar dia yang memprakarsai peninjauan.
4.     Mengusahakan agar peninjauan dilakukan terus menerus oleh setiap manajer terhadap bawahannya langsung.
5.     Perlu adanya pembedaan dalam tinjauan prestasi sekarang dengan potensi berkembang di masa depan
6.     Tinajauan prestasi dikaitkan dengan sistem penggajian dan perangsang yang diberikan
7.     Apabila diperlukan berikan kesempatan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan manajer yang ditinjau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan.

Memulai Usaha Penerapan MBO


            Banyak cara yang ditempuh oleh suatu organisasi dalam menerapkan prinsip-prinsip “MBO” cara apa yang paling tepat bagi organisasi “A” belum tentu merupakan cara yang terbaik pula bagi organisasi “B”. Meskipun demikian pengalaman membuktikan bahwa penerapan “MBO” akan lebih terjamin apabila:
1.     Usaha penggunaan MBO mendapat dukungan dari pimpinan teras organisasi
2.     Ada usaha untuk meneliti organisasi guna menentukan titik permulaan penerapan yang paling tepat. Penelitian itu terutama dimaksudkan untuk menentukan jawaban terhadap beberapa pertanyaan penting seperti :
  1. Apakah cara pendekatan bersifat Pilot Project ?
  2. Atau apakah penerapan “MBO” sekaligus diberlakukan bagi seluruh organisasi?
  3. Metoda apa yang sekarang berlaku untuk merumuskan dan mencapai tujuan?
  4. Bagaimana struktur organisasi yang berlaku sekarang ?
  5. Sistem informasi yang bagaimana terdapat sekarang ?
  6. Bagaimana sifat hubungan yang terdapat antara orang-orang dalam organisasi ?
  7. Apakah sudah ada program pengembangan manajemen? Jika “Ya” apa kekuatan dan kelemahan-kelemahannya? Jika “Tidak” mengapa ?
3.     Memilih dan melatih penasehat untuk membantu proses penerapan “MBO”.
4.     Memberikan penjelasan secara tuntas kepada semua unsur pimpinan dalam organisasi agar mereka memahami sepenuhnya maksud dan keuntungan yang akan diperoleh dari pentahapan penerapan “MBO” dalam organisasi.
5.     Melakukan pengkajian yang mendalam tentang tujuan organisasi, atau paling sedikit berbarengan dengan analisa masing-masing tugas.
6.     Mengusahakan keterlibatan semua pihak dalam proses penerapan “MBO”
7.     Memulai usaha penggunaan “MBO” pada satuan – satuan organisasi yang melaksanakan tugas pokok, baru kepada satuan-satuan organisasi penunjang.
8.     Menangani masalah “MBO” dengan dua pendekatan sekaligus, yaitu dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
9.     Mengusahakan ketelitian dan kecermatan pelaksanaan “MBO” dalam organisasi.
10.  Melakukan penilaian atas faktor-faktor yang mendorong dan menghalangi keberhasilan penerapan “MBO” dalam organisasi.

Faktor-faktor yang mendorong timbulnya “MBO”


            Dapat dipastikan bahwa “MBO” bukan usaha yang pertama yang dilakukan oleh manusia dalam pengembangan organisasi. Usaha-usaha tersebut banyak yang gagal dan terlalu banyak jika dibahas disini. Kiranya cukup untuk mengatakan bahwa sepanjang diketahui sekarang usaha – usaha tersebut gagal karena faktor-faktor sebagai berikut :
1.     Kegagalan mengintegrasikan usaha pengembangan organisasi dan pengembangan diri sesuai dengan rencana organisasi.
2.     Penekanan pada orang bukan Performance
3.     Prosedur yang mekanistis
4.     Generalisasi tentang kemampuan berkembang.
5.     Penekanan terlalu kuat terhadap promosi.
6.     Pengembangan staf : tanggung jawab manajer.
7.     Pengembangan staf dengan teknik rutin.
8.     Hasil pengembangan staf yang dapat diukur.
Alasan-alasan lain mengapa “MBO” berkembang dengan pesat adalah :
1.     Semakin kompleksnya tugas manajer sebagai akibat organisasi-organisasi modern, dan timbulnya pendekatan-pendekatan baru dalam ilmu manajemen yang berwujud teknik-teknik modern.
2.     Tidak tersedianya manajer yang “Generalis” dalam kuantitas yang memadai, tetapi sebaliknya jumlah “ Spesialis “ terlalu banyak.
3.     Masalah pergantian pimpinan yang selalu dihadapi oleh setiap organisasi, baik karena proses alamiah atau perpindahan manajer dari suatu organisasi ke organisasi lain.
4.     Kekurangmampuan lembaga pendidikan dan latihan untuk menghasilkan tipe-tipe manajer yang diperlukan oleh organisasi.
5.     Timbulnya gejala-gejala di angkatan tua untuk merasa puas terhadap hasil-hasil yang telah mereka capai baik ditinjau dari segi materi maupun karir.
6.     Meluasnya usaha-usaha niaga sampai keluar batas sesuatu negara dalam bentuk yang sekarang kita kenal dengan “multi national corporations (MNC)” yang demi efektivitas usaha memerlukan suatu kebijaksanaan desentralisasi dan pendelegasian wewenang pada tingkat yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Jelaslah bahwa program pengembangan manajemen dalam rangka “MBO” menjadi mutlak untuk mencapai sasaran-sasaran sebagai berikut :
1.     Agar suatu metoda yang efektif untuk menilai kemampuan kerja para manajer dapat diciptakan,
2.     Menggalakkan keinginan para manajer untuk meningkatkan kemampuannya,
3.     Memungkinkan pengadaan dan mempertahankan “tinggalnya” manajer muda dengan kaliber tinggi dalam organisasi,
4.     Memberikan pelatihan bermutu bagi manajer agar lebih mampu melaksanakan tugas sekarang dan mempersiapkan mereka untuk jabatan yang lebih tinggi dan tanggung jawab yang lebih besar di kemudian hari,
5.     Menciptakan kriteria-kriteria objektif dalam menilai kemampuan para manajer,
6.     Merumuskan pergantian para manajer secara teratur di masa depan.
Bagi organisasi modern pengembangan staf secara sistematis manjadi suatu keharusan mutlak pula mengingat pentingnya “Team Building“ dalam manajemen. Artinya, keberhasilan organisasi mencapai tujuannya tidak semata-mata tergantung atas kemampuan orang per orang, akan tetapi kemampuan menggabungkan kemampuan individu menjadi kemampuan team.
 “Team Building” mengandung unsur-unsur yang perlu dipelihara dan dikembangkan terus menerus seperti :
1.     Kesatuan bahasa yang menyangkut tugas pokok organisasi
2.     Keterbukaan sistem komunikasi organisasi
3.     Saling percaya mempercayai
4.     Saling mendukung
5.     Kerelaan menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat secara dewasa, lugas dan objektif.
6.     Penugasan-penugasan yang bersifat team dan perorangan
7.     Pemanfaatan keahlian khusus dari para anggota team.
8.     Keikhlasan menerima kepemimpinan seseorang dalam team

Keuntungan Penerapan “MBO”


            Keuntungan – keuntungan yang dapat diperoleh dengan penggunaan “MBO” dapat digolongkan ke dalam 2 golongan besar, yaitu :
1.     Keuntungan bagi organisasi sebagai keseluruhan
2.     Keuntungan ditinjau dari “Kacamata”  para manajer.
Bagi organisasi keuntungan – keuntungan itu adalah :
1.     Dengan penerapan MBO usaha perorangan dan usaha bersama benar-benar ditujukan pada pelaksanaan tugas-tugas yang benar-benar penting. Bagi kemajuan organisasi, bukan usaha yang bagaimanapun baiknya dalam pelaksanaan, tidak mempunyai nilai strategis bagi organisasi.
2.     Terciptanya suatu keseimbangan yang tepat antara inovasi, fleksibilitas dan pendekatan “task force” dengan keperluan untuk bekerja secara efektif dalam suatu hirearki yang tersusun rapi demi kelancaran pelaksanaan tugas organisasi.
3.     Identifikasi permasalahan yang menghambat perkembangannya kemampuan yang tinggi.
4.     Peningkatan moral dan dedikasi yang timbul sebagai akibat keterlibatan manajer dalam pengembangan organisasi.
5.     Dimungkinkannya usaha identifikasi secara tepat dari pegawai yang mempunyai potensi untuk berkembang yang sangat memudahkan proses pergantian para manajer.
6.     Pelaksanaan pelatihan bagi manajer dengan lebih baik serta biaya yang lebih rendah.
7.     Perbaikan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan mempermudah penentuan standar pengawasan tugas.
Di samping keuntungan pokok di atas, para manajerpun memperoleh keuntungan pula, antara lain dalam bentuk :
1.     Kesempatan yang lebih besar untuk memberikan sumbangan yang lebih nyata serta menerima tanggung jawab yang lebih besar.  

2.     Hubungan dengan rekan setingkat yang membaik berkat keterlibatan “task force” dalam rangka pemecahan masalah termasuk masalah yang berada dalam ruang lingkup wewenangnya.
3.     Berkurangnya frustasi karena kerangka tujuan dan sasaran organisasi serta batas wewenangnya lebih jelas.
4.     Komunikasi dengan atasan, rekan setingkat dan bawahan membaik terutama yang menyangkut hal-hal yang penting.
5.     Kesempatan yang bertambah besar untuk pertumbuhhan pribadi, diperkuat oleh pengetahuan bahwa organisasi secara sistematis merencanakan latihan dan pergantian.
6.     Pengakuan oleh atasan terhadap kemampuan kerja, berkat adanya standar penilaian yang objektif dan pengawasan yang lebih terarah.
7.     Sistem perangsang material dan kenaikan pangkat/jabatan yang lebih adil.

MANAGEMENT BY OBJECTIVE (MBO)


           
Salah satu perkembangan baru dalam ”Dunia“ management adalah diperkenalkannya pada sekitar permulaan tahun 50-an. Suatu konsep baru yang sekarang dikenal denga istilah “ Management By Objective” yang pada umumnya disingkat menjadi “MBO”.
            Ternyata sumbangan konsepsi ini terhadap peningkatan kemampuan organisasi mencapai tujuannya cukup besar meskipun ada kalanya hasil penerapan konsepsi”MBO” ini mengalami kegagalan juga. Kegagalan ini pada dasarnya adalah diakibatkan oleh penekanan aplikasi dan persepsi orang terhadap MBO yang kurang tepat, atau bahkan salah, bukan kesalahan dalam konsepsinya sendiri.

Pengertian “MBO”

            Dari segi pengertian dapat dikatakan bahwa “MBO” adalah suatu sistem yang dinamis yang berusaha untuk memperjelas dan mencapai tujuan pertumbuhan organisasi dengan kebutuhan manager untuk memberikan sumbangannya yang nyata sambil mengembangkan dirinya.
            Tegasnya MBO adalah suatu cara yang efektif unutk memimpin suatu organisasi.
Jika suatu organisasi telah mempergunakan “MBO” maka akan terlihat bahwa dalam organisasi tersebut terus-menerus terjadi proses:
1.     Peninjauan secara kritis daripada dan perumusan kembali rencana organisasi, baik yang bersifat strategis maupun yang bersifat taktis.
2.     Usaha memperjelas bersama setiap manajer hasil-hasil yang bersifat menentukan dan prestasi yang membaku yang harus dicapainya serta mempertegas sumbangan dan komitmen yang diharapkan. Dapat diberikannya baik selaku perorangan maupun suatu anggota suatu team.
3.     Usaha mencapai kesepakatan dengan setiap manajer tentang usaha/rencana peningkatan kemampuan kerja yang secara nyata terlihat dan dapat diukur dalam rangka pencapaian tujuan sesuatu satuan kerja dan tujuan organisasi sebagai keseluruhan.
4.     Menciptakan suasana dan kondisi kerja yang memungkinkan tercapainya hasil yang bersifat menentukan rencana perbaikan, dengan sasaran utama :
a.      Susunan organisasi yang memberikan kepada seorang manajer kebebasan yang maksimum dan fleksibilitas dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional,
b.     Informasi yang diperlukan manajemen dalam rangka usaha pengendalian yang efektif yang pada gilirannya akan mempermudah pengambilan keputusan.
5.     Mempergunakan suatu sistem penilaian kemampuan kerja untuk mengukur kemajuan yang dicapai dalam rangka pencapaian tujuan dan penilaian potensi untuk mengindentifikasikan pegawai yang mempunyai kemampuan dan potensi untuk berkembang.
6.     Mengembangkan suatu rencana pengembangan manajemen untuk :
a.      Membantu setiap manajer mengatasi kelemahan-kelemahannya.
b.     Meningkatkan dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang ada pada dirinya.
c.      Meningkatkan kesadaran dan kemampuan mengembangkan diri sendiri.
7.     Memperkuat motivasi seorang manajer melalui perencanaan, seleksi, penggajian dan pergantian.

Wednesday, February 5, 2020

Puisi Mendung Tak Berarti Hujan



Mendung Tak Berarti Hujan

Awan hitam bergumpalan
Beriringan menuju haluan
angin bertiup kencang
burung-burung terbang berhamburan

langkah kaki dipercepat
menghindari akan hujan lebat
sinar berkilauan mulai menyayat
suara petir semakin menguat

awan hitam berjalan cepat
awan putih muncul menghambat
angin berhembus semilir
burung-burung terbang ke pinggir

Blogroll

loading...
 

Catatanku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang